Selasa, 19 Januari 2016

Kemenkeu: Tak Ada yang Bisa Ramal Harga Minyak Secara Tepat



Kemenkeu: Tak Ada yang Bisa Ramal Harga Minyak Secara Tepat

By maellita ragillisa


Tekanan terhadap harga minyak dunia masih berlanjut. Bahkan, harga minyak di pasar internasional jatuh ke level terendah di bawah US$ 30 per barel.
Penurunan harga minyak ikut berdampak kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Askolani mengaku pemerintah sedang membahas revisi APBN seiring dinamika perkembangan ekonomi global dan domestik, termasuk harga minyak dunia, kurs rupiah dan lainnya. 
"Harga minyak kan sangat cepat bergerak sekarang di US$ 30, besok bisa saja US$ 50 atau US$ 70 akibat perang misalnya. Perkiraan sih boleh saja, seperti dulu yang meramal harga minyak sampai US$ 200, tapi tidak terjadi tuh. Jadi jangan percaya deh, kita lihat 1-2 bulan ini," jelas dia di kantor Kemenkeu Jakarta, Selasa (19/1/2016). 
Terkait pergerakan nilai tukar rupiah, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) telah memproyeksikan asumsi kurs rupiah di level 13.900 per dolar AS di APBN tahun ini.
Angka tersebut sebagai level pesimistis mengingat masih adanya ketidakpastian ekonomi dunia. "Kalau rupiah estimasinya 13.900 per dolar AS, itu positif buat kita," kata dia. 
Lebih jauh, dia mengakui, pemerintah harus menghitung angka APBN-P 2016, termasuk pendapatan negara secara cermat dengan mempertimbangkan asumsi makro.
Basis lain dengan melihat realisasi APBN-P 2015 dan kebijakan-kebijakan baru yang dikeluarkan Presiden.

0 komentar:

Posting Komentar